Peminatnya pun dari segala usia tua dan muda, baik itu laki-laki ataupun perempuan, dan juga dari berbagai latar belakang ekonomi, baik kaya maupun masyarakat kecil. Syahdan kabarnya permainan ini sudah ada sejak Belanda masih menjajah negeri ini.
Di sekolah-sekolah nan didirikan oleh misionaris dari Belanda, biasanya mereka menggelar lomba balap karung ini pada setiap perayaan-perayaan Belanda. Anak-anak sekolah usia 6-12 tahun nan paling sering terlihat memainkan permaianan ini pada awalnya. Kemudian popularitasnya menyebar ke kampung-kampung. Anak-anak kampung sering memainkannya dalam acara-acara tradisional.
Akhirnya permainan ini dikenal masyarakat secara luas, tak hanya anak-anak saja, orang dewasa pun menyukai permainan tradisional balap karung ini. Luar biasanya antusiasme masyarakat, sehingga permainan ini tidak pernah lekang oleh waktu, dan tetap berjaya hingga hari ini. Antusiasme masyarakat terhadap permainan ini tak berkurang sedikitpun. Siapapun di mana pun, setiap kali mereka melihat lomba balap karung, niscaya akan terhibur dan bahkan tertarik buat menjadi peserta lomba.
Perayaan memperingati kemerdekaan negeri kita, tak hanya dilakukan di kampung-kampung antar warga sekitar. Namun kini banyak pula perkantoran dan pabrik-pabrik nan mengadakan berbagai macam lomba antar karyawan buat ikut merayakan hari kemerdekaan ini. Maka lomba balap karung pun mulai merambah halaman kantor-kantor di kota-kota besar.
Maka tak hiperbola rasanya jika permainan tradisional balap karung ini kemudian disebut sebagai permaianan nan mempersatukan, sebab disukai oleh banyak orang dari berbagai latar belakang, agama, ras, usia, dan jenis kelamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar